Jumat, 29 April 2011

Pemberontakan DI/TII Sulawesi Selatan

• Di Makasar, Sulawesi Selatan
• Pada tanggal 7 Agustus 1953
• Dipimpin oleh Kahar Muzakar
• Memproklamasikan daerah Sulawesi Selatan menjadi bagian dari DI/TII (SM) Kartosuwiryo
• Berawal dari ditolaknya tuntutan Kahar Muzakar oleh Pemerintah Pusat agar seluruh anggota Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dimasukkan ke dalam satu brigade yang disebut Brigade Hasanudin dan ia sendiri yang menjadi komandan Brigade Hasanudin di Sulawesi Selatan.
• Kahar Muzakar beserta pengikutnya melarikan diri pada saat pelantikan sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan memebawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII yang dipimpin oleh Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.

 Kronologis Kejadian

• Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan (KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakar menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak diantara mereka yang tidak memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar Muzakar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakar mengubah nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953.

• Pada tanggal 3 Februari 1965, melalui Operasi Tumpas, Kahar Muzakar dinyatakan tertembak mati dalam pertempuran antara pasukan TNI dari satuan Siliwangi 330 dan anggota pengawal Kahar Muzakkar di Lasolo. Akhirnya Tentara Islam Indonesia yang dipimpin oleh Kahar Muzakar tumpas pada saat itu.

Pemberontakan Republik Maluku Selatan

Gerakan Republik Maluku Selatan dipelopori oleh Mr. Dr. Christian Robert Steven Soumokil ( mantan jaksa agung negara Indonesia timur). Soumokil tidak setuju atas terbentuknya NKRI, bahkan ia sendiri tidak menyetujui penggabungan daerah-daerah Negara Indonesai Timur menjadi wilayah kekuasaan RI. Ia berusaha melepaskan wilayah Maluku Tengah dari NIT yang menjadi bagian RIS.
Pada 24 April 1950, Suomokil memproklamasikan berdirinya RMS. Untuk mengatasi gerakan itu, pemerintah RIS menempuh jalan damai dengan mengirim DR. J. Leimena. Namun, misi itu ditolak oleh Suomokil. Karena jalan damai tak berhasil, pemerintah RIS memutuskan untuk melakukan ekspedisi militer, yang dipimpin oleh Kolonel A. E. Kawilarang. Melalui ekspedisi itu, perlahan-lahan wilayah gerakan RMS berhasil dikuasai kembali oleh pasukan APRIS. Akhirnya gerakan RMS berhasil diatasi.

Gerakan DI/TII di Jawa Tengah

• Dipimpin oleh Amir Fatah.
• Daerah meliputi Brebes, Pekalongan, dan Tegal.
• Di proklamasikan pada tanggal 23 Agustus 1945 di Desa Pangarasan.
• Tujuan mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) untuk bergabung dengan DI/TII yang ada di Jawa Barat di bawah pimpinan Kartosuwiryo.
• Untuk menumpas DI/TII Jawa Tengah dibentuk Komando Operasi Militer bernama Gerakan Banteng Negara (GBN) pada Januari 1950.
• GBN dipimpin oleh Kolonel Sarbini, Letkok M. Bahrum, dan Letkol A. Yani.
• DI/TII melemah, kembali menguat tatkala para pelarian Angkatan Umat Islam (AUI), gerakan Merapi-Merbabu Complex (MMC) dan pembelot dari Batalyon 426 daerah Kudus dan Magelang bergabung.
• Divisi Diponegoro menggelar operasi militer Banteng Raiders dan dapat menghancurkan DI/TII di perbatasan Pekalongan-Banyumas pada Juni 1954.

Gerakan Darul Islam / Tentara Islam Indonesia (DI /TII)


    Di daerah Jawa Barat
    Dipimpin oleh Sekarmadji Marijan Kartosuwiryo
    Latar belakang: Sejak penandatanganan Perjanjian Renville (8 Desember 1947) pasukan TNI harus meninggalkan Jawa Barat, namun S.M. Kartosuwiryo tidak ikut serta dalam hijrah tersebut. Lalu Kartosuwiryo membentuk DI dan seluruh pasukannya dijadikan TII.
    Markas besar berada di Gunung Cepu.
    Cita-cita mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) diwujudkan melalui proklamasi yang dikumandangkan pada 7 Agustus 1949 di Desa Cisayong, Jawa Barat.
    Kepala Negara dijabat oleh Imam Kartosuwiryo.
    Awal konflik: Kembalinya pasukan TNI dari Yogyakarta merupakan ancaman. Oleh karena itu, pasukan TNI yang kembali dari hijrah harus dihancurkan agar tidak memasuki Jawa Barat. Terjadilah bentrokan antara pasukan DI / TII dengan pasukan TNI.
    Penyelesaian: Tahun 1960 dilaksanakan Operasi Pagar Betis di Gunung Geber oleh pasukan TNI dan rakyat. Pasukan Kartosuwiryo terdesak dan menyerah. Kartosuwiryo terkurung kemudian ditangkap di puncak Gunung Geber pada 4 Juni 1962 dan dijatuhi hukuman mati.

PEMBERONTAKAN ANDI AZIS DI MAKASSAR


Andi Azis adalah seorang mantan Letnan KNIL dan sudah masuk TNI dengan pangkat Kapten, dia ikut berontak bahkan memimpinnya. Dia memiliki riwayat yang sama uniknya dengan petualang KNIL lainnya seperti Westerling. Andi Aziz memiliki cerita hidupnya sendiri. Cerita hidupnya sebelum berontak jauh berbeda dengan orang – orang Sulawesi Selatan pada umumnya. Tidak heran bila Andi Azis menjalanani pekerjaan yang jauh berbeda seperti orang-orang Sulawesi Selatan pada umumnya, sebagai serdadu KNIL. Bisa dipastikan Andi Azis adalah salah satu dari sedikit orang Bugis yang menjadi serdadu KNIL. Bukan tidak mungkin bila Andi Azis adalah orang Bugis dengan pangkat tertinggi dalam KNIL. Pemberontakan Andi Azis terjadi di Sulawesi Selatan (Makassar) pada tanggal 5 April 1950.
Latar belakang timbulnya pemberontakan Andi Aziz adalah sebagai berikut :
1.      Timbulnya pertentangan pendapat mengenai peleburan Negara bagian Indonesia Timur (NIT) ke dalam negara RI. Ada pihak yang tetap menginginkan NIT tetap dipertahankan dan tetap merupakan bagian dari wilayah Republik Indonesia Serikat (RIS), sedangkan di satu pihak lagi menginginkan NIT melebur ke negara Republik Indonesia yang berkedudukan di Yogyakarta.
2.      Ada perasaan curiga di kalangan bekas anggota – anggota KNIL yang disalurkan ke dalam Angkatan Perang Republik Indonesia Setikat (APRIS)/TNI. Anggota – anggota KNIL beranggapan bahwa pemerintah akan menganaktirikannya, sedangkan pada pihak TNI sendiri ada semacam kecanggungan untuk bekerja sama dengan bekas lawan mereka selama perang kemerdekaan.
Kedua hal tersebut mendorong lahirnya pemberontakan bersenjata yang dipimpin oleh bekas tentara KNIL, Andi Aziz, pada tanggal 5 April 1950. Padahal sebelumnya, pemerintah telah mengangkat Andi Aziz menjadi Kapten dalam suatu acara pelantikan penerimaan bekas anggota KNIL ke dalam tubuh APRIS pada tanggal 30 Maret 1950. Namun, karena Kapten Andi Aziz termakan hasutan Mr. Dr. Soumokil yang menginginkan tetap dipertahankannya Negara Indonesia Timur (NIT), akhirnya ia mengerahkan anak buahnya untuk menyerag Markas Panglima Territorium. Ia bersama anak buahnya melucuti senjata TNI yang menjaga daerah tersebut. Di samping itu, Kapten Andi Abdul Aziz berusaha menghalang – halangi pendaratan pasukan TNI ke Makassar karena dianggapnya bahwa tanggung jawab Makassar harus berada di tangan bekas tentara KNIL.
Adapun faktor yang menyebabkan pemberontakan adalah :
  1. Menuntut agar pasukan bekas KNIL saja yang bertanggung jawab atas keamanan di Negara Indonesia Timur.
  2. Menentang masuknya pasukan APRIS dari TNI
  3. Mempertahankan tetap berdirinya Negara Indonesia Timur.

Dengan anggapan sudah merasa kuat pada tanggal 5 April 1950, setelah menangkap dan menawan Letnan kolonel Mokoginta, Panglima Territorium Sulawesi, Kapten Andi Aziz mengeluarkan pernyataan yang ditujukan kepada pemerintah pusat di Jakarta. Adapun isi pernyataan itu adalah sebagai berikut :
1.      Negara Indonesia Timur harus tetap dipertahankan agar tetap berdiri menjadi bagian dari RIS.
2.      Tanggung jawab keselamatan daerah NIT agar diserahkan kepada pasukan KNIL yang telah masuk menjadi anggota APRIS. TNI yang bukan berasal dari KNIL tidak perlu turut campur.
3.      Presiden Soekarno dan Perdana Menteri Hatta supaya tidak mengizinkan NIT dibubarkan dan bersatu dengan Republik Indonesia.

Karena tindakan Andi Azis tersebut maka pemerintah pusat bertindak tegas. Pada tanggal 8 April 1950 dikeluarkan ultimatum bahwa dalam waktu 4 x 24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya, pasukannya harus dikonsinyasi, senjata-senjata dikembalikan, dan semua tawanan harus dilepaskan. Kedatangan pasukan pimpinan Worang kemudian disusul oleh pasukan ekspedisi yang dipimpin oleh Kolonel A.E Kawilarang pada tanggal 26 April 1950 dengan kekuatan dua brigade dan satu batalion di antaranya adalah Brigade Mataram yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Suharto. Kapten Andi Azis dihadapkan ke Pengadilan Militer di Yogyakarta untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya dan dijatuhi hukuman 15 tahun penjara.